Friday, February 19, 2010

biar

biar mati pucuk jangan mati akal,
biar mati meringkuk jangan mati disangkar,
biar mati berpeluk jangan mati amal,
biar mati terkutuk jangan mati dibakar.

19022010|mandalika

rakyat penjilat

jilat...jilat... jilat..
sampai kilat,
mata ku melihat,
hati ku menyusun ayat,
tak de kah kau melihat?,
zirah maruwah mudah tersiat,
jilat...jilat...jilat..
dikirimlah surat menyurat,
bila tiada imbuhan pangkat,
JANGAN HARAP!,
kecewalah kau sampai bertiarap,
mereka memandangmu dengan gelap,
kalau kau malas untuk memperdengarkan,
maka teruslah...
jilat...jilat...jilat..
tan seri gala keluar mengatur saat,
sa belum membaham mangsa namanya kudrat,
sesudah kenyang maka terhilanglah semua salah serta silap,
hairan aku..
suka amat,
mendoa-doakan..menggila-gilakan,
bergandingan tangan..menjadi
rakyat penjilat.

bangunlah dari dengkur panjang,
kita bukanlah diminta ditandang,
tapi mereka tak berhak untuk menendang,
kita berjuang bukan pada mata pedang..kita berjuang demi pengabdian dan pengorbanan.

bicara sendiri berkenaan sa negeri

ini negeri jajahan takluk sepelukan rakyat yang kelaparan,
hari kering ditarah kehausan,
dicari sepenggal cahaya kelapangan,
moga tersingkap akan hijab kebenaran,
maarifat akan kehancuran mana menyerap kemenangan!...

ini negeri jajahan tanduk serampang bercabang tiga,
yang wujud Amri,Ulama dan Pendekar,
ditunggu akannya Makmum yang taat didalam saf sempurna,
yang menjadi tembok yang menahan gelombang lautan kecurangan serta kecurigaan,
tawan tugasan ikhlas mulia junjungan disebalik nama,
maka pahatlah melawan celanya kita.

ini negeri jajahan suluk hatimu,
mengusik gersik percikkan airmata,
mengalir air mata rakyat ibaratan cairan emas melebur suasa,
berharga ya amat menyerap tamra,
mungkin tangis ini bukan kini masanya,
siapa tahu esok jadinya sa bwah kuala yang berisi akannya empangan jentra kuasa,
mendalangi putus asa kepada prilaku pendusta,

ini negeri jajahan liputan maharaja segala raja,
dipimpin adil saksama rakyat jelata,
Terengganu..lambang adinya agama,
Islam jejak pertualang selingkaran semesta,
maka sini lah lahir akan ia,
pejuang agama.. sa belum labuh tirai binasa,
akhir zaman,
bangkit perkasa,
wangsa bangga bangsa,
tapi sekarang..dimana sebenarnya kedudukkan kita?

Tuesday, February 9, 2010

Tuhan..

Tuhan seribu waktu,
bukan tuntut aku,
mohon kuasai padu,
hanya aku..jadi seorang pengadu,

Tuhan seribu bintang,
janganlah Dikau hilang,
temani malam ini ke siang,
jalanku ini terkubur tak terbentang,

Tuhan seribu salam,
sejahtera hati terdalam,
rakyat ku dibenam,
mohon utuslah Islam seruan kalam,

Tuhan seribu kekuatan,
seraplah akan aku keperkasaan,
Dia yang ku rindukan,
dan disanalah dambaan.

sa..dwa

dalam hirupan hidup ada dua kumpulannya,
yang sa..
itu yang memahami,
mika rajin menembusi,
mungkin ikhlas menerima apa kurangnya diri,
itulah dikata baik budi baiklah hati,
yang ke dwa..
itu yang tersembunyi,
mika ralat menyaksi,
mungkin malas menderita penakut lebihnya sembunyi,
itulah dipesan jahat itu usahlah sesekali,
kerana ditagih oleh ia bukanlah jangkanya satu hari.

Muqadimah Mandalika

Sedorlah diri,
kata bayangku kepada jasadku,
menegur antara salah satu tak pernah mengeliru,
tapi bila kelam diambang pancar sinar cahaya,
gelap buatku untuk membezanya,
kerana disitu terangnya aku ntuk menilai yang mana,
disitu..aku hanya yang disaksi tidak pada mata..kerana aku buta,
tak didengari bisikannya.. kerana tuli telinga,
tanpa aku mampu menciuminya.. kerana harum hilang pekanya,
entah kemana........

sedorlah diri,
kalau aku adalah anak tanpa bapa maka kemana pula bonda?,m
dua-duanya tiada,
tapi mujurlah dipinta adam itu wujudlah hawa,
jadilah gandingan yang berpunca,
sa belum berupa,
aku setitis mani,
dicerna pada rahim untuk menjadi,
kata disatukan maka terciptalah sebuah bulatan senyawa yang suci,
jalinan seratan demi seratan pujian maka uri itu menyelimuti,
janin se susuk lembaga digelarkan ia pula "bayi",
maka siapalah aku yang tidak bernama?,
tak berjantan mahupun berbetina?,
rautku masih yang terbelenggu dan dirahsia,
sungguh...aku ini siapa?

sedorlah diri,
garis lah tetap itu tepat pada jangka hari,
izin illahi maka kun fa ya kun ia,
tercampak olehku awal kenal dunia,
kudrat bonda dilahirlah sejasad hamba,
kecil dan daif usahlah usaha itu dikerah olehnya,
tidak kan terbangkit melainkan satu demi satu menunggu kesabaran paling mulia,
maka hikmah dicenda kurnia tercipta,
bila bercakap kelak diajari lah akannya molek berbahasa,
jiwa nan celaru jika campur aduk ia bersama,
akhirnya sendiri merana,
jadi durhaka,
siapa aku yang dituduh durhaka sedang syaitan itu menghasut sahaya?,
salah siapa makanya?,
anta atau ana? saya atau dia?
tapiu siapa anta siapa ana, siapa saya dan siapa dia?,
bagaimana dengan kalian atau kau sungguh kamu bahkan kita?
macam mana pula dengan nasib nya aku?,
siapa aku?

sedorlah diri,
aman itu sebenarnya hasil curi,
dari lubang syurgawi yang pernah dibocori,
bukanlah sebut "indah" itu milikannya disini,
dimana adanya yang tiada susah akannya tapi nikmat itu bergolek kemari,
jari itu himpunan congak diri yang tersorok sunyi,
kalau satu itu dituding disana pada maksud membela kebodohan diri..demikian usah dihairani,
kalau aku kata sembilan itulah kesilapanmu disini,
kerna itulah pena ini tunggal matanya mengukiri sifatnya,
tauhid Allah belum selesai bagi ku untuk menembusi,
itulah sebab mengapa hamba masih disini,
setajam mana hirisan kalimahku kini,
belum tentu dunia ini mampu mengamati,
disini... alam adalah sahabat paling sejati,
belum pernah berkata "Aku lah yang menyuburi",
"Aku lah yang memenuhi",
"Aku lah yang menyinari",
"Aku lah yang membasahi"...
kerana aku ini hanya aku yang mulai,
dari muqadimmah hinggalah dititik noktah bakal ku akhiri,
aku tak lekang di diri,
mengapa bukan Allah itu diAKUi?,

kembali kepangkal karamah kejadian,
sungguh aku itu kata sapaan,
tetap aku itu olok-olokkan,
sedorlah diri..disini lah warkah primula kesadaran yang ingin hamba budi bicarakan,

yang benar benaran,
hamba,
Mandalika.