shahadan sesudah hujan mulai merenyai,
berselangseli bersami nyanyian dering iringan sang dingin yang menyusuli,
mata pemikiran ku sedang memandang jauh dari tinggi kini,
bergema-gema ketawa keriangan anak-anak muda mudi mengeras hati,
kuala demi kuala kelana ntuk kembali,
daerah hinggalah ke kota hidupnya bukan mainnya berani,
tatkala melihat mahupun berkata.. ayatnya sengsara didalam sastera yang ku tamsilkan kini,
sementara ayat ajal, maut, mampus bahkan mati lagi masih berarti..berusahalah hingga dipanggilmu pergi,
betapa ia sulitnya sementara,
alangkah sakit dan pedihnya membengkam lelahnya,
mataku mendamar dek kerna sang pena,
ingin saja ku tikam dan bunuh belaka jadilah bualan merata,
jika itu jadi susah..jadi harus bagaimana?,