disini,
ku pencherita sasakala,
sa belum lena,
dan dirodok dek saratan yang nyata keliru-keliru dibuatnya.
itu hak hamba sahaya,
dengan cela,
dengan hina,
dengan nista,
sahaya tetap berkata,
tanpa kebimbangan,
Tuhanku tidak pernah melarang ku berdoa,
akan kemuliaan.
biarlah ku dihala kebencian yang menjelekkan,
sahaya tetaplah satirawan.