terdahulu,
mencanai usia hanya begitu..
pilu
bilamana meneliti zuriatnya yang bakal ditelanjangi malu,
tidak inginnya:
[kamu dan daku]
menjadi begitu,
maka ku kurungkan bersama "dan" selalu,
disulami zirah kalimat MARWAH dan gelar akannya..baju,
tiga...dwa...satu,
patah palang kepercayaan dan hancur berkecai harapan,
TIDAK!...tidak semudah itu,
kau angin yang merempuh tuju,
kau api membakar dinginnya salju,
kau air menjirus padu,
dan pada perihal tanah yang membangkit.. kau cahaya sebelum malapnya aku,
begitulah umpamanya dirimu,
namun..ujar lemah dan layu,
mereka tetap dizaman itu.
masih kuat mengukir fikir dibalik dinding guanya yang usang..
menyusun tangga kebijaksanaan meniti hujung waktu,
sa demi satu,
berjalan mengheret usia yang tak terlesai,
oleh kerana ianya untukmu..maju,
dan yang hebatnya riwayat ini tidak kerana keramatnya yang kuat,
akan sebenarnya rahasianya yang diikat-rapat,
demi umat,
tapi kau tak kunjung untuk beringat!
abailah segala darah keringat.
urang dizaman malu seribu,
angin yang lalu pun tunduk malu..
usahkan cahaya mendekati kulitmu,
dan disengajai agar didharurati segala ilmu,
lika liku-liku membeku..kini menguap jemu,
syahadan,
penafian tetap ditumpaskan,
larilah sejauhmanapun kau inginkan,
bakalan,
akan dikembalikan,
pada keadaan,
yang saling bertentangan,
dalam kurungan:
[kamu dan daku]